upcoming event(s)

Sunday, July 08, 2007

Darkness Falls

June 15th, 2007


Wah sepertinya sudah lama tidak nge-blog... Sekalinya nge-blog judulnya langsung bikin gw inget sama salah satu film horor yang gw tonton bertiga adek gw. Mmh, mungkin judul film itu yang bisa merepresentasikan situasi di saat gw ngetik postingan ini: Jumat dini hari, pukul 02.32 wib, sendirian di kamar gw yang dimatiin lampunya. Nothing I could see but the light from my dearest laptop, hiiiy...



Yah tiba-tiba aja gw terbangun karena sejumlah unexpected sound yang berasal dari 2 sumber: mereka & hati gw. Hyaaakz...Maksudnya? ENTAH. Yang jelas BERISIK, gw nggak bisa berpikir dengan jernih jadi kalo postingan ini dipenuhi oleh hal2 nggak mutu dan parental restrictive, maklumlah!



Gw lagi ngerasa sepi banget kali ya,, apa seharusnya nggak gw tolak traktiran Ocean's Thirteen itu. But, will it be any difference? I think it's kind of escaping. Arrrgh, MUAK gw dengan semua ini. Di saat gw lagi butuh titik terang yang bisa gw jadiin back-up dalam masa resesi gw yang sekarang ini, semua potensi cahaya yang ada malah terdistorsi oleh deviasi-deviasi yang dateng secara bersamaan. What am I supposed to do? Pertanyaan inilah yang dalam sebulan ini terus menggema, and simply my mind answers: "...take it easy..." But when I was taking it easy, it's getting more and more harder. Am I only denying? Am I only fooling myself? Katanya kalo kita ngikutin kata hati, probabilita terjadinya penyesalan akan sangat amat kecil. Tapi kenapa sekarang rasanya banyak banget conditional clause type II & type III yang berkecamuk di hati gw. Dan gw akui, ini SULIT.


Gw selalu inget sama pesennya ex-pasangan dosen & asdos, Dorodjatoen & Sisdjiatmo, yang bilang kalo kita jangan terlalu mengasihani diri sendiri. Terus terang pernyataan berikrar untuk meminimalisir 2 hal dalam keseharian gw; yang pertama BOONG dan yang kedua NGELUH. Ho3,, dahsyaaat nggak? Jawabannya NGGAK, cause I should have done it from long time ago. "Yaaah Mbak, namanya juga manusia, mahkluk yang hidup dengan cara BELAJAR..."--pernyataan bokap yang seringkali gw salah gunakan untuk mendapatkan pembenaran atas tindakan2 gw yang jelas2 salah. Licik kamu, Cha... Kembali ke pesennya ex-pasangan di atas, akhir-akhir ini gw banyak berpikir kalo gw malah udah terlalu keras sama diri gw, tapi begitu gw pikir2 lagi emang it should be. So? Nggak tau, confusing abiiiiiiiiiiiis... Sebenernya tujuan gw cuma mau semua orang SENENG. However, gw nggak bisa menyenangkan semua orang--one of the reasons kenapa Tuhan eksis kan.


Sekarang gw yang jadi bertanya-tanya, measurement apa yang bisa gw pake buat ngukur kadar belas kasihan gw terhadap diri gw sendiri. Kapan itu akan excess dan kapan itu malah shortage (perlu kurva? Hubungi Ibu Sujanti tercinta kami di nomer 0816...HALAH!). As Mr.Lepi said while explaining whether Singapore is a developed country or a developing country, the answer is: it's still ambiguist-- and so does this kadar belas kasihan.


Rasanya pengen berpijak di suatu tempat yang nyaman, aman, tentram, nggak ada yang bisa ganggu,, tempat yang bisa gw sebut RUMAH.

I WANNA GO HOME..

No comments: